Thursday, October 26, 2017

Penyihir di Pasar Minggu - Kesialan di Pantai



Musim kemarau ini adalah musim kemarau terpanas di Pasar Minggu. Erlin, Julian dan Tamara berdiri tepat di depan kipas angin andalan di Rumah Makan Padang milik keluarga Risjad. Mereka bergantian menggunakan kipas angin untuk mendinginkan tubuh mereka.
“Percuma saja pakai kipas angin. Masih saja terasa panas” keluh Haper.
“Aduh!! Kapan sih panasnya berhenti?!” Tamara ikut mengeluh. “Sayang kapan kita beli pendingin ruangan seperti AC?” Tanya Tamara kepada suaminya Adam.
“Kita gak perlu beli AC, ambil saja es batu di kulkas, lalu masukan ke dalam baju. Jadi dingin kan? Dan bisa jadi deodoran juga” jawab Adam sambil bergurau.

Alya masuk ke dalam Restauran yang dimiliki oleh keluarganya dengan keringat yang bercucuran hingga baju yang ia kenakan basah oleh keringat, Alya pun menngumal tentang panasnya cucaca hari ini.
“Ini adalah musim kemarau yang terpanas sepanjang masa! Ugh.” gumam Alya kepada semua orang yang ada di dalam Restauran. “ Saya habis dari toko sebelah untuk menumpang mendinginkan badan tiba-tiba ada bapak tua yang menggangguku. Oh ya Ma, Alya punya sesuatu untuk Mama” sambil Alya memberikan sebuah obeng kepada Mamanya.
“Terima kasih sayang. Aku bisa menggunakan obeng ini untuk membuka brangkas Papamu dan membeli sebuah AC”
“Papa, bisakah kita menutup restauran untuk sesaat hari ini dan pergi ke Pantai Anyer?”
“Tidak bisa. Kita harus tetap disini, menjalankan usaha restauran kita dengan memanfaatkan cuaca yang panas ini. Kita bahkan bisa memasak telur mata sapi tanpa harus menggunakan kompor!”

Udara yang panas membuat Erlin dan Julian berebutan kipas angin lalu datanglah Noah “Hey semuanya, aku ingin pergi keluar, ke Pantai”.
“Sepertinya Noah tidak sadarkan diri. Ini pasti gara-gara masakan nasi gorengmu tadi pagi. Apa yang kamu masukan ke dalamnya?” Tanya Tamara kepada suaminya.
“Tidak memasukan apa-apa, dia hanya kepanasan saja”.

Noah pergi keluar dari Restoran sambil membawa radio kecil miliknya. Saat dia sedang berada di jalan tepat di depan Restauran, Noah mengeluarkan tongkat ajaibnya dan mengayunkannya sambil mengucapkan mantera, “Bim salabim, kursi pantai dan payung pantai!” Lalu munculah kursi pantai dan payung pantai serta pasir pantai mengelilingi benda tersebut  di tengah jalan depan Restauran. Noah segera duduk dan rebahan di kursi pantai itu sambil mengenakan kacamata hitamnya.

Alya, Julian, Erlin, Tamara dan Adam keluar dari Restauran dan mereka semua tampak kesal dengan ulah Noah.
“Oh, hey semuanya!” Sapa Noah sambil berjemur di tengah jalan “Selamat datang ke Pantai pribadiku!” Tamara terkejut melihat kelakuan anak bungsunya.
“Berejemur saat panas sangat menyenangkan. Hmm, tetapiku merasa ada yang kurang.” ujar Noah.
“Kurang lautnya?” Jawab Alya sarkasme.
“Oh iya! Kurang lautnya! Bim salabim la..”
“TUNGGU JANGAN LAKUKAN ITU!!!” seru semuanya secara serentak dan berhasil menggagalkan mantra Noah.
“Baiklah, kita akan tutup restauran hanya untuk hari ini, dan pergi ke Anyer” Ujar Adam dengan kesal.
“YAAAAAAAAYYY!!!” seru semuanya dengan senang sambil bertepuk tangan. Mereka semua segera masuk ke dalam Restauran kembali untuk berkemas ke Anyer.

Mereka semua sudah siap untuk pergi dan telah mengenakan pakain pantai yang modis. Setelah beberapa jam kemudian akhirnya mereka pun  tiba di Pantai Anyer.
“Ayo dong sayang cepat jalannya!” Tamara memerintah suaminya yang kesusahan membawa atribut-atribut pantai mereka.
“Iya sabar dong. Semoga saja tidak ada barang yang ketinggalan di rumah ya.” jawabnya dengan sabar.
“Aku tahu apa yang ketinggalan Pah. Papa meninggalkan baju pantai Papa yang cocok dengan celana pantai Papa.” celetuk Alya terhadap Papanya.

Tiba-tiba ada bola Voli yang mengenai ke arah Adam dan istrinya Tamara.
“Dasar anak muda genit! Hey apakah kalian tidak melihat saya sudah menikah?!” sambil menunjukan cicin kawinnya.
“Dan saya suaminya!”

Alya dan Erlin mulai menelusuri luasnya Pantai Anyer sambil mengobrol sepanjang jalan.
“Hari ini pasti akan menyenangkan sekali. Aku tidak sabar untuk bermain air, duduk di pasir sambil membaca buku. Oh iya Alya, jangan lupa untuk memberitahuku jika ada anak cowok yang manis dan lucu lewat.”
Lewatlah sosok pria yang manis dan Alya menyiku Erlin dengan cepat sambil tersenyum.
“Aduh! Aahh biasa aja ah cowok itu.”

Julian dan Noah sedang berdiri bersamaan sambil memandang ke arah pantai. Julian menceritakan apa yang ia ingin lakukan di Pantai Anyer.
“Aku ingin berenang dan berselancar di laut” Ujar Julian sambil memandang ke arah laut.
“Hey Julian! Cobalah lihat ini! Ini adalah sebuah mesin peramal!”
“Noah, Noah!! Jangan!!” Adam segera berlari ke arah Noah “ Jangan pernah mendapatkan nasib dari mesin peramal ini! Untuk orang biasa, ini hanyalah mesin arkade permainan biasa. Tetapi untuk penyihir seperti kita, ramalan nasibnya sangat nyata.”
“Benarkah? Mengapa?” Tanya Julian terhadap Ayahnya.
“Mengapa? Karena Caesar berasal dari dunia penyihir seperti kita. Jika ada seorang penyihir yang meminta untuk diramal nasibnya ke Caesar, dia akan mendapatkan ramalan nasib yang benar-benar akan terjadi terhadap penyihir itu.”
“Wow, sekarang aku ingin benar-benar mencobanya” Ujar Alya sambil merengek dengan muka yang sedih.
“Tidakkah kau mendengarkan apa yang Papa sudah katakan Alya? Jangan pernah mecobanya. Kamu bisa saja mendapatkan ramalan nasib yang buruk dan tidak ada cara lain untuk menghentikannya. Pokoknya, jauhi mesin si Caesar peramal nasib, paham?”
“Baiklah”
“Oke aku paham” kata Julian dan Noah.
Alya, Julian dan Noah pun segera pergi dari tempat mesin perama itu dan segera pergi ke arah pantai sebenarnya.

Tamara mendekati mesin peramal Caesar dengan senang “Akhirnya ada sesuatu yang manusiabiasa bisa lakukan dan penyihir tidak bisa melakukannya”, sambil merogoh dan mencari uang receh di dalam tas yang ia bawa.
“Caesar, satu ramalan nasib untuk manusia biasa” sambil memasuka beberapa koin ke dalam mesin. “Caesar!” Kata itulah yang diucapak oleh mesin peramal nasib saat sedang bekerja, dan beberapa detik kemudian hasil ramalan pun keluar.
‘banyak yang suka dengan dirimu’ Aku tak paham, ramalan ini benar sekali” Ujar Tamara dengan bangga terhadap dirinya.

Julian berdiri di tengah pantai sambil memakai sebuah topi pantai dan kacamata hitam, Ia memandang ke arah laut sambil berteriak ke arah para selancar.
“Perhatian para selancar! Sebentar lagi akan ada ombak pasang! Cepat kembali ke pantai!”
“Diam kau wanita tua” cemooh dari seorang selancar ke arah Julian.
Julian pun malu dan menyalahkan Ibunya karena telah memberikan Julian sebuah topi pantai yang terlalu feminim.

Erlin memasang kursi pantainya disebelah kiri Alya berada. Saat saja ia baru mau duduk, Ayah Alya, Adam membawa pemanggang barbekyu ke arah tempat dimana Erlin yang baru saja ingin menikmati harinya di Pantai Anyer.
“Erlin, saya ingin menggunakan spot ini untuk memanggang barbekyu agar asapnya tidak ke arah kita.”
“Baik, aku akan pindah.”
Erlin pun mencari spot yang lainnya, yaitu berada disebelah Mamanya Alya, Tamara yang sedang ingin berjemur.
“Maaf Erlin, tapi saya membutuhkan spot ini untuk payung pantai saya. Karena saya ingin menggelapkan warna kulit kaki saya.”
“Baiklah, aku akan mencari spot yang lainnya” Erlin pun mulai kesal.
Ia membawa dan memindahkan kursi pantainya ke sebelah kanan Alya dimana Alya sedang berjemur sambil mendengarkan lagu dari telepon genggamnya.
ALYA!!!
“Apa?”
“KAU BERNYANYI TERLALU KERAS!! Aku tidak dapat fokus untuk membaca buku!”
“Oh, maaf.”
Alya mengambil buku besar, Ia menggunakan buku besar itu untuk menutup bagian sebelah mukanya dan lanjut bernyanyi dengan keras dan nada yang tidak karuan. Erlin membalikan badannya berlawan arah dari Alya berada, Ia menutup kupingnya dan berusaha membaca buku novelnya.

Noah kembali berada di tempat, di mana mesin peramal Caesar berada. Noah melihat keadaan sekitarnya untuk memastikan jika Ayahnya tidak ada di sekitarnya dan dia pun segera memasukan koin ke dalam mesin peramal tersebut.
“Noah APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN?” Teriak Julian kaget melihat apa yang sedang dilakukan adik bungsunya.
“Ayolah Julian, Papa hanya khawatir jika kita mendapatkan nasib ramalan yang buruk. Aku yakin ramalan nasibku akan baik hari ini. Ayo kita lihat apa ramalan nasibku..” “kamu akan mendapatkan sesuatu yang enak”
“Oh, itu tidaklah terdengar buruk”
Tiba-tiba seorang pria yang sedang mendorong gerobak, memberika dua es krim gratis kepada Noah dan Julian.
“Es krim gratis? Terima kasih tukang es krim! Dan merk dari es krim ini ‘Enak’.”
“Gila! Ramalan nasib ini tepat sekali, wow!” takjub Julian.
“Iya ya. Mungkin kau perlu mencobanya Julian!”
“Tidak, tidak, tidak!Karena kamu telah mendapatkan ramalan nasib yang baik bukan berarti aku akan mendapatkan yang sama.”
“Yasudah, terserah” Noah lanjut memakan es krimnya.
“Jujur, aku penasaran tapi Papa telah memperingati kita. Tapi kau baru saja mendapatkan nasib yang baik, mungkin aku akan mendapatkan ramalan nasib yang baik juga”
“Ya, mungkin saja.” gumam Noah.
“Berhenti bergumam, aku akan mencoba mesin peramal itu.”
Julian berjalan ke arah mesin peramal itu dan memasukan uang koin ke dalam mesin. Mesin peramal tersebut mulai menyala “Caesar!”. Keluarlah ramalan nasib Julian dari mesin tersebut, “Kamu akan menarik perhatian dari seseorang yang tidak dikenal”. Tidak berapa lama lewatlah seorang gadis cantik di hadapan Julian, gadis itu tersenyum ke arah Julian sambil melambaikan tangannya dengan genit. Julian segera menyapanya “hai” tetapi, gadis itu hanya tetap jalan dan berlalu darinya.
“Apakah kau lihat itu Noah? Cewek itu menggodaku dengan lambaian tangan genitnya! Ini keren sekali!!” Ucap Julian sangat girang.
“Yup!”

Alya dan Erlin beranjak dari spot mereka untuk mengelilingi dan melihat-lihat di sekitar pantai. Tak sengaja mereka bertemu dengan Julian dan Noah. Julian dan Noah memberi tahu Alya bahwa mesin peramal Caesar yang berada di Pantai ini memang berfungsi.
“Alya! Mesin peramal Caesar sungguh berfungsi! Noah dan aku mendapatkan keberuntungan dari mesin peramal Caesar!” seru Julian terhadap Alya
“Ya, benar sekali apa kata Julian! Alya, kau harus mencobanya!”
“Baiklah, sini beri aku koin”
Noah memberikan Alya koinnya, Alya memasukan koinnya ke dalam mesin tersebut, “Caesar!” dan hasil ramalan nasib Alya keluar.
‘Katakan selamat tinggal kepada hidupmu’, APA-APAAN INI? INI HAL BURUK!”

Mereka berempat tidak menyangka bahwa Alya akan bernasib buruk. Alya duduk dan merenung. Dia sedih akan hasil ramalan nasib ini. Yang lain pun bingung apa yang harus mereka lakukan akan hal ini.
“Katakan selamat tinggal pada hidupmu?” Renung Julian sambil memegang hasil ramalan nasib adik perempuannya. “Ini benar-benar hal yang buruk..”
“Kau sungguh tidak mendapatkan ramalan nasib yang ‘enak’ Alya.” Ejek Noah.
“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” Tanya Erlin dengan khawatir.
“Dengar ya, aku akan mengatasi ini layaknya aku mengatasi semua masalah di kehidupanku. Aku akan mengabaikannya, oke? Ayo sekarang kita balik ke pantai.” Ucap Alya upaya menenangkan dirinya dan yang lain.
Pada saat mereka sedang bergegas untuk kembali ke pantai, tiba-tiba ada golok yang melayang tepat ke arah Alya tetapi tidak mengenai dirinya.
“Wow, tadi itu tak mungkin aku abaikan..” Ujar Alya dengan kaget.

Mereka berempat, Alya, Julian, Noah dan Erlin kembali ke tempat di mana Mesin Peramal Nasib Caesar berada. Alya segera meminta mohon kepadanya, tetapi tidak ada respon dari Caesar.
“Tolonglah Caesar, tolong ubah nasibku. Kami semua tahu bahwa kau berasal dari dunia penyihir.” Alya memohon-mohon kepadanya tetapi tidak ada jawaban darinya. Noah pun kesal dan menendang mesin tersebut dan Caesar pun bereaksi
“Hey hentikan itu anak muda! Dan bukannya kau sudah tahu apa yang akan terjadi? Jadi pergilah.”
“Caesar aku tahu ini bagian dari pekerjaan kau, tapi aku tak mau meninggalkan hidupku seperti apa yang dikatakan di kertas itu. Aku masih muda!”
“Anak muda bernasib malang.”
“Alya, mungkin kita perlu memberi tahu Ayahmu..” Ujar Erlin.
“Tidak, tidak. Kita hanya perlu meyakinkan Caesar. Hmm, Noah tunjukan golok yang tadi. Hey Caesar, aku punya sesuatu untuk kau.” Noah pun segera mengambil dan mengangkat golok yang hampir melukai Alya dan menakut-nakutin Caesar.
“Baiklah, aku akan menolongmu!” Jawab Caesar ketakutan.
“Aku mau kau mengubah nasibku!”
“Sebenarnya aku tak bisa melakukan itu, tapi mungkin kita bisa membuat perjanjian”
Caesar menyebutkan hal apa yang ia mau, yaitu keluar dari mesin ini dan ia ingin menghabiskan waktu di pantai dan makan makanan laut segar. Tetapi Caesar tidak bisa meninggalkan mesin peramal nasibnya begitu saja, ia membutuhkan seseorang untuk menggantikannya selagi Ia pergi menghabiskan waktunya di Pantai. Jika Alya menyetujuinya, Caesar akan menarik ramalan nasib buruknya.
“Salah satu dari saudaraku akan menggantikanmu sementara”
“dan bukan aku tentunya. Aku tak suka tempat yang sempit.” jawab Julian dengan cepat.
“Aku akan melakukannya!” Ujar Noah dengan semangat.
Alya segera mengayunkan tongkat ajaibnya, dan mengucapakan sebuah mantera “Bim salabim, Noah dan Caesar bertukar tempat!” Mantera yang dilakukan Alya berhasil. Noah berada di dalam kotak mesin peramal nasib dan Caesar berada di luar kotaknya.
“Akhirnya aku bisa merenggangkan kakiku! Lihatlah kakiku yang indah ini!” Ujar Caesar dengan girang dan memandangi kedua kakinya.”
“Whoaa, aku memiliki kumis dan jenggot sekarang! Dan uhm, mereka sedikit membuat mukaku gatal.. tepat seperti apa yang kubayangkan!” Ujar Noah dengan bangga sambil memainkan kumis dan jenggot barunya.
“Alya, aku akan tetap tinggal disini. Kau tahu kan aku harus menjaga tingkah laku adikmu ini” Kata Julian ke Alya.

Alya dan Erlin pergi dengan Caesar untuk menemaninya menghabiskan waktu di Pantai. Hal pertama yang Caesar laukan pertama kali yaitu membeli sebuah es krim. Selagi Alya dan Erlin menunggu Caesar yang sedang mengantre membeli es krim, tiba-tiba ada sebuah palu besar yang melayang ke arah Alya dan hampir melukainya. Setelah kejadian buruk tersebut terjadi dan Caesar telah selesai membeli es krim, mereka kemudian berfoto-foto ria sekalian menghabiskan waktu dan bersenang-senang di Pantai. Tetapi, Alya tidak terlihat senang. Selama Alya menemani Caesar berkeliling-liling pantai, ada saja hal buruk yang menimpa dirinya dan hampir mencelakainya.
“Menghabiskan waktu di Pantai sungguh menyenangkan ya!” Seru  Caesar dengan semangat.
“Iya, mungkin buat kau menyenangkan” Jawab Alya dengan kesal
“Caesar ayo hapus ramalan nasib buruknya. Bukankah kau sudah bersenang-senang di Pantai hari ini? Kasihan dia sudah tertimpa hal buruk lebih dari 5 kali hari ini”
“Belum saatnya. Aku masih belum bertemu dengan cewek-cewek cantik di Pantai”
Caesar pun langsung jalan dan pergi. Erlin dan Alya mengikutinya dari belakang dan tiba-tiba ada besi yang jatuh tepat didepan hadapan Alya.
“Astaga Alya, hampir saja!”
“iya itu barusan nyaris sekali membunuhku dan membuat kepalaku hancur.”
“Eh, kemana si Caesar? Ayo kita berpencar saja.”
“Tidak Erlin, kau harus menemaniku.”
Mereka berdua pun lanjut berjalan dan mencari Caesar. Alya mendorong Erlin untuk jalan didepannya agar ia bisa bersembunyi disebaliknya.

Julian masih setia menemani adiknya, Noah yang berada di dalam kotak peramal itu. Noah sangat suka dengan kumis dan jenggot yang ia miliki sekarang. Bahkan semua ramalan nasib yang ia buat berhubungan dengan kumis dan jenggotnya. Hal ini sungguh tidak masuk akal bagi orang yang membaca hasil ramalan nasibnya. Hasil ramalan nasib yang dibuat Noah sempat mengejek kumis seseorang pria, pria yang membacanya menjadi kesal tetapi Julian berusahan meredamkan emosi pria tersebut dengan mengalihkan perhatiannya dan membuatnya pergi.
“Noah, kenapa kau terobsesi sekali dengan kumis dan jenggotmu itu?”
“Saat kau menjadi pria dewasa, kau akan tahu.” Jawab Noah dengan nada yang serius.

Caesar yang berkeliling pantai sendirian, akhirnya berhenti di suatu spot di pantai. Ia duduk di sebuah kursi pantai dan di sebelahnya ada seseorang wanita yang tampak menarik.
“Hey apakah kamu baru pertama kali ke pantai? Whooo! Ini baru pertama kalinya saya pergi ke pantai dan saya sungguh suka dengan indahnya pemandangan pantai.” Ujar Caesar kepada wanita yang berada di sebelahnya.
“Aku sudah menikah. Itu disana, suamiku sedang membelikanku es kelapa muda.” Jawab Tamara terhadap Caesar, pria yang tak dikenal.

Alya dan Erlin melihat Caesar yang tampaknya sedang menggodai Ibunya Alya. Mereka berdua segera menghampiri Caesar dengan perasaan yang kesal.
“Caesar! Ayolah, aku sudah bersenang-senang di pantai dan bahkan kau menggodai Ibuku. Menjijikan. Sekarang waktunya kau menarik ramalan nasib burukku!”
Tiba-tiba ada sebuah panah yang melayang ke arah Alya hal tersebut menangkap perhatian Adam. Alya terlihat panik dan khawatir saat panah itu hampir melukai dirinya.
“apakah kau ingin menceritakan apa yang terjadi kepada papamu Alya?” Tanya Erlin
“PAPA!” teriak Alya sambil lari menghampiri Papanya.

“Papa! Alya butuh bantuan Papa” ujar Alya sambil memeluk Papanya. “Aku meramalkan nasibku kepada Caesar dan dia tidak mau menarik hasil ramalannya tidak peduli apa yang aku lakukan. Maafkan Alya, seharusnya Alya mendengarkan perkataan Papa. Ini apa yang Caesar telah ramalkan”
‘Katakan selamat tinggal kepada hidupmu’?” Ujar Adam sambil membaca hasil ramalannya.
“Astaga sayang…”
“Sebaiknya Om dan Tante jangan dekat-dekat Alya dulu deh.”
Adam, Tamara dan Erlin menjauhi Alya.
“Pah, dia berjanji kepadaku unutuk menarik ramalan nasibku jika aku mengizinkannya menghaiskan waktu seharian di pantai, tetapi dia terus menunda.”

Mereka menghampiri Caesar yang berada di dekat alat pemanggang Adam yang ia bawa dari rumah. Rupanya Caesar sedang asyik memakan ikan bakar yang Adam buat untuk keluarganya.
“Hey Caesar, putri saya Alya sedang dalam bahaya. Dan saya dengar kamu telah membuat janji. Dan kau telah memakan ikan bakarku!?”
“Iya, ini ikan bakarnya enak sekali” Sambil tetap memakan ikan bakarnya.
“Oh iya makasih, ini resep rahasianya itu ada di jeruk limao yang saya pakai serta bumbu sambal kecapnya yang saya bikin sendiri. Saya pastikan bumbunya meresap ke dalam daging ikannya.”
“PAPA!” Alya bergerutu.
“Oh ya! Caesar, tolong tarik kembali ramalan nasib putri saya!”
“oh tentang itu, saya masih ingin bersenang-senang menghabiskan waktu saya di pantai.”

Tiba-tiba terdengar suara gemerusuh, suara banyak orang yang komplain tentang ramalan nasib yang mereka dapatkan.
“Tenang semuanya tenang! Ini hanyalah ramalan nasib omong kosong.”
“kau menyebut ini ramalan nasib? ‘tumbuhkan jenggot dan masuklah dalam kelompok para jenggot yang telah saya bikin’ Apa maksudnya?”
“Dengar, jika kalian ingin menghancuri alat ini, baiklah, hancurkan bangunan ini.”

“Mereka berdua akan menghancurkan mesin ramalan nasib yang telah saya buat selama 2 abad. Saya harus kembali kesana!” Gerutu Caesar sambil menarik lengan Alya.
“Oke, Aku akan mengembalikanmu kesana, tapi kau ingatkan apa yang kau janjikan padaku?”
“Baiklah, baiklah. Aku tidak dapat membuang nasib burukmu, tapi aku bisa memberikannya ke orang lain yang menggunakan mesin ramalanku.”
“Aku tidak keberatan dengan itu. Aku hanya mau yang terbaik untuk putriku. Ayo Alya, sekarang kembalikan Caesar kedalam kotak mesin peramal itu.” Ucap Adam.
“Terlalu banyak orang di sekitar sini, aku tidak dapat melakukan mantranya.” Jawab Alya dengan pasrah.

Erlin yang sedang melihat ke arah pantai, dia seperti melihat sesuatu yang terjadi di Pantai.
“ASTAGA!! ADA KEBAKARAN!!!” Jerit Erlin sambil menunjuk ke arah pantai. Dan kericuhan pun mulai terjadi. Semua orang yang berada di dekat mesin peramal Caesar lari meninggalkan lokasi dan melihat ke tempat kejadian kebakaran.
“Terima kasih Erlin, ide yang bagus!” Ucap Alya dan dia tersenyum.
“Alya, aku serius! Itu, panggangan Papamu yang menyebabkan kebakaran!”
“AAAAHHH IKAN BAKARKU!!!” Teriak Adam.
“AAAAAAHH BUKU NOVELKU!!!” Teriak Erlin.
“AAAAAHHH PAYUNG PANTAIKU!!!” Teriak Tamara.

Alya berdiri tepat di depan mesin peramal nasib si Caesar dan di mulai mengayunkan tongkat sihirnya. Alya mengucapkan sebuah mantera dari mulutnya, sinar bewarna kuning keemasan keluar dari tongkat sihirnya lalu bertukar posisilah Caesar dan Noah kembali ke seperti semula.
“Sihir yang hebat Alya!” Ujar Noah kepada Alya sebagai ucapan terima kasih. Noah merasakan sesuatu yang janggal, Ia segera memegang kumis dan jenggot, dan ternyata
 “HA?! LHO KUMIS DAN JENGGOTKU KOK HILANG?!” Ucap Noah dengan histeris.
Alya tampak kesal mendengar ucapan Noah tentang kumis dan jenggotnya yang hilang.

Bunyi sirine pemadam kebakaran yang nyaring dan derakan langkah dan larian pemadam kebakaran terdengar dengan jelas dari kejauhan dimana Tamara, Adam, Julian dan Erlin berdiri. Tamara memperhatikan para pemadam kebakaran yang berlalu lalang di sekitar pantai sambil memegang cincin kawin yang ia kenakan di jari manis tangan kanannya. Adam mulai kesal dengan tingkah laku istrinya yang genit, Adam pun mengajak semuanya untuk pulang ke rumah.

Pada saat mereka hendak berjalan untuk pulang, mereka berpapasan dengan sebuah keluarga yang terdiri atas Ayah, Ibu dan anak perempuan yang berusia sekita 10 tahun. Keluarga ini hendak menggunakan mesin perama nasib si Caesar. Alya pun berhenti sejenak sambil memperhatikan anak kecil itu yang sedang memasukan koin dan menggunakan mesin tersebut.
“Eh tunggu, anak kecil itu akan mendapatkan nasib yang sama dengan nasibku sebelumnya. Ini sungguh menyedihkan.” Ucap Alya ke Erlin dengan raut muka yang sedih. “Caesar!” Bunyi mesin peramal nasib si Caesar yang bertanda sang gadis kecil itu telah mendapatkan hasil ramalan nasibnya.
“Sungguh gadis yang malang.” Alya tampak sedih.

Tidak lama kemudian datanglah seorang pria mengenakan setelan jas dan berambut sedikit putih sambil membawa sebuah mikropon. Pria tersebut adalah seorang pembawa acara realiti di salah stasiun TV. Pembawa acara tersebut serta kameramennya menuju ke arah gadis kecil itu.
“Diam disana gadis kecil. Saya Haikal, pembawa acara dari acara realiti ‘Hadiah Kaget!’. Katakan selamat tinggal kepada hidupmu! Karena, kamu mendapatkan uang sejumlah 1 milyar!” Keluarga tersebut tampak bahagia sekali saat sang pembawa acara berkata demikian sambil berjabat tangan dengan putri kecilnya.
“APA-APAAN?!?! ITU UANG SAYA! ITU UANG SAYA! ITU UANG SAYA! ITU MILIKUUUU!!!!” Teriak Alya secara histeris ke arah sang pembawa acara dan gadis kecil yang telah memenangkan uang tersebut. Erlin segara meraih Alya dan menariknya secara paksa, Adam membantu Erlin dan meminta maaf kepada keluarga tersebut atas tindakkan Alya yang memalukan. Keluarga tersebut tampak bingung dan ketakutan, Ayah dan Ibu dari gadis kecil tersebut memeluknya dengan erat saat Alya berteriak-teriak secara histeris. Gadis kecil itu tampak ketakutan oleh tingkah laku Alya.

Alya, Erlin, Julian, Noah, Adam dan Tamara mereka akhirnya pulang ke rumah. Sesampainya di rumah mereka langsung menyalakan kipas angin kesayangan mereka di ruang keluarga. Mereka menggunakan kipas anginnya secara bergantian dengan cara menghidupkan mode mengayunnya.
“Ahh ademnya.” Ucap Adam dan Tamara secara bersamaan. Mereka berdua tampak kepanasan.
“Siapa yang butuh AC lagi?” Ucap Julian sambil menikmati tiupan angin dari kipas angin andalan keluarganya.
“Kumisku pasti sangat menikmati buaian angin ini.” Noah mengucapkannya dengan nada yang kesal.
“Di rumah dengan kipas angin jauh lebih baik daripada seharian di pantai.” Ucap Alya dengan perasaan yang lega.
“Masa bodoh, aku akan tetap membaca buku yang telah gosong kebakar ini.” Ucap Erlin sambil memegang buku favoritnya.
Mereka semua terlihat tampak lelah atas apa yang telah terjadi hari ini di Pantai Anyer.

Saat mereka sedang menikmati sejuknya angin dari kipas angin andalan mereka. Tiba-tiba saja mesin kipas anginnya berhenti menyala. Semua tampak frustasi dan kesal.
“Kipas anginnya rusak! Kipas anginnya rusak!! Bagaimana cara kita memperbaikinnya?” Teriak Julian sambil bangun dari tempat duduknya.
“Tenang saja akan aku perbaikin.” Ucap Alya dengan tenang sambil ia mengeluarkan tongkat ajaibnya, dan mulai mengayunkannya sambil mengucapkan sebuah mantera. “Bim salabim perbaiki lah kipas anginnya, Bim salabim buatlah anginnya bertiup kencang!” Seperti biasa sinar bewarna kuning keemasan keluar dari tongkat sihirnya, dan mantera sihir yang diucapkan oleh Alya bekerja.
“Terima kasih Alya sayang.” Ujar Tamara kepada anak perempuan satu-satunya.

Angin tertiup kencang dari kipas angin andalan milik keluarga Risjad ini. Tak lama kemudian angin bertiup sangat kencang, hingga menerbangkan barang-barang dan kertas-kertas yang berada di ruang keluarga milik keluarga Risjad.
“WHOAA ANGINNYA KENCANG SEKALI!!!” Teriak Alya sambil mengayun-ayunkan tongkat sihirnya, berharap bisa memberhantikan angin yang bertiup kencang itu.
“MATIKAN KIPAS ANGINNYA! MATIKAN!!” Teriak Noah yang sibuk mengambil kertas-kertas yang beterbangan.
Adam berusaha menerjang kencangnya hembusan angin di ruang tamunya yang berasal dari kipas angin andalannya, Ia berusahan untuk mencabut kabel kipas anginnya, dan dia berhasil mencabutnya.
“Hari yang sungguh sial di musim kemarau yang sangat panas dan kering ini.” Ucap Alya sambil menghela napas.


*Cerita ini diadaptasi dari TV series Disney Channel, berjudul: WIzards of Waverly Place - Season 4 Episode 17*